When I was child, I felt very happy, cause my family was take care of me especially my mom, she always loves me sincere. Besides that, I had many friends. They were take care of me too. They never make a problem out of my disabled. they always also take care of me. We always play together everyday.
Our favourite games in that times are high jump and toy kitten. I always followed that games. But sometimes, I felt is very disappointed, cause my friends never invited me to play marbles, and I always ask them: “why are you never ask me to play marbles?” so they always answered: “cause you are a figurehead, so you don’t have to follow this game.” Oh, their answer were make me sad….
At that moment, I asked my mom:
“why my friends never invite me to play marbles, mom? Whereas I really really want to play marbles”
“cause you are a blind, dear”. my mom answered.
“oh no mom, I can see the sun.” I said. So my mom explain:
“yes my dear child, you can discriminate dark and light only.
I realize that I’m a blind since then, and I never asked my friend to invite me to play marbles, cause I realize that I different with my friends. But nevertheless, I always play with my friends everyday.
Saturday, January 26, 2008
Fiersha Mama Mia Main Sinetron
Pada hari senin tanggal 28 Januari, Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) telah menayangkan sebuah sinetronyang berjudul "AKU TERLAHIR 500 GRAM DAN BUTA".
Yang lebih menarik lagi, tokoh utama di sinetronini diperankan oleh seorang tunanetra yang bernama Fiersha Hanifah.
Aaku yakin, sebagian besar masyarakat Indonesia tahu siapa Fiersha.
Fiersha adalah seorang tunanetra yang berhasil lolos di 3 besar "mama mia" yang diadakan oleh salahsatu televisi swasta di Indonesia.
Jujur saja, aku merasa senang sekali ketika aku tahu bahhwa Fiersha jadi peran utama di sinetron tersebut, karena baru kali ini ada sebuah sinetron yang diperankan oleh seorang tunanetra, walau kita tahu, banyak televisi-televisi yang menayangkan film bahkan sinetron yang didalamnya menceritakan seorang tunanetra, tapi yang memerankannya adalah orang normal.
Mungkin kalau hal itu sih bisa dianggap wajar, karena selama ini masyarakat Indonesia belum mengenal tunanetra 100%, belum percaya kalau sebenarnya tunanetra pun mampu hidup seperti orang normal.
Yang tidak wajar adalah:
di film-film yang didalamnya menceritakan tentang kehidupan tunanetra, sering diceritakan bahwa tunanetra tersebut tidak dapat hidup mandiri, selalu bergantung pada orang disekitarnya, dan tidak berpendidikan.
Bahkan aku pernah menyaksikan sebuah film disalahsatu televisi yang menceritakan seorang bapak-bapak tunanetra, mempunyai anak dan istri tetapi dia tidak bekerja.
dia hanya diam dirumah, menunggu istrinya pulang kerja, dan juga menunggu anak-anaknya pulang sekolah. Yang lebih tragis lagi, istrinya pulang kerumah dengan membawa laki-laki selingkuhannya, dan mereka selingkuh dihadapan bapak-bapak tersebut. so, si bapak tidak tahu kalau istrinya selingkuh dan membawa orang lain kehadapannya, dia baru tahu hal itu setelah anak-anaknya pulang sekolah dan menceritakan hal itu padanya. Sungguh tidak masuk akal!
Aku pikir, itu terlalu dilebih-lebihkan. Aku sebagai seorang tunanetra, tentu saja sangat tahu dan faham dengan kehidupan tunanetra.
Aku tidak setuju kalau di film-film kebanyakan tunanetra sangat lemah, tidak berpendidikan, tidak bekerja, dan selalu tergantung pada orang lain. bahkan tidak punya perasaan seperti seorang bapak yang pernah aku saksikan di film tersebut.
Ketika seorang temanku datang dan dia berkata padaku bahwa dia datang sendirian, padahal dia bersama temannya, dan temannya itu datang dengan diam-diam, aku pasti akan tahu kalau dia datang tidak sendiri, tapi aku bisa tahu bukan karena indera keenam seperti yang sering orang-orang katakan, tapi mungkin karena bau parfumnya, dan suasanapun pasti akan terasa berbeda ketika seseorang datang tidak sendiri.
Tunanetra juga mampu mengenyam pendidikan, sama seperti orang normal. Memang, banyak diantara kami yang hanya mengenyam pendidikan sampai di sekolah dasar, tetapi tidak jarang diantara kami yang mampu meneruskan sampai perguruan tinggi, bahkan ada yang sampai menyandang gelar Doktor.
Kami juga tak mau ketinggalan dalam hal IT. Banyak diantara kami yang mampu mengoperasikan komputer, dari mulai mengoperasikan Office, browsing internet, chat, dll
Mungkin anda bertanya-tanya;
“kok bias sih tunanetra mengoperasikan computer? Itu kan memerlukan penglihatan….”.
Ya, tunanetra mampu mengoperasikan computer, karena komputernya telah dilengkapi dengan screen reader (pembaca layer). Salahsatu diantaranya adalah sebuah software yang dinamakan JAWS. JAWS adalah singkatan dari Job Accses With Speech yang diproduksi oleh freedom scientific, sebuah lembaga di Amerika, dan sekarang komputerku menggunakan software tersebut.
Pekerjaan tunanetra pun bermacam-macam, mulai dari massager (pemijat), guru, instruktur komputer, musisi, dosen, dan bahkan baru-baru ini ada juga yang menjadi seorang entertainer.
Jadi kesimpulannya, kehidupan tunanetra juga beragam, sama halnya dengan kehidupan orang normal.
Aku harap, tak ada lagi para sutradara yang seenaknya menempatkan tokoh tunanetra di film-film sebagai orang lemah, tidak bekerja, tak berpendidikan dan selalu tergantung pada orang lain.
Kepada para sutradara yang kebetulan membaca blog ini, please, pelajarilah tentang kehidupan tunanetra sedalam-dalamnya. mungkin selama ini yang anda tahu hanyalah sebagian kecil dari kami.
Yang lebih menarik lagi, tokoh utama di sinetronini diperankan oleh seorang tunanetra yang bernama Fiersha Hanifah.
Aaku yakin, sebagian besar masyarakat Indonesia tahu siapa Fiersha.
Fiersha adalah seorang tunanetra yang berhasil lolos di 3 besar "mama mia" yang diadakan oleh salahsatu televisi swasta di Indonesia.
Jujur saja, aku merasa senang sekali ketika aku tahu bahhwa Fiersha jadi peran utama di sinetron tersebut, karena baru kali ini ada sebuah sinetron yang diperankan oleh seorang tunanetra, walau kita tahu, banyak televisi-televisi yang menayangkan film bahkan sinetron yang didalamnya menceritakan seorang tunanetra, tapi yang memerankannya adalah orang normal.
Mungkin kalau hal itu sih bisa dianggap wajar, karena selama ini masyarakat Indonesia belum mengenal tunanetra 100%, belum percaya kalau sebenarnya tunanetra pun mampu hidup seperti orang normal.
Yang tidak wajar adalah:
di film-film yang didalamnya menceritakan tentang kehidupan tunanetra, sering diceritakan bahwa tunanetra tersebut tidak dapat hidup mandiri, selalu bergantung pada orang disekitarnya, dan tidak berpendidikan.
Bahkan aku pernah menyaksikan sebuah film disalahsatu televisi yang menceritakan seorang bapak-bapak tunanetra, mempunyai anak dan istri tetapi dia tidak bekerja.
dia hanya diam dirumah, menunggu istrinya pulang kerja, dan juga menunggu anak-anaknya pulang sekolah. Yang lebih tragis lagi, istrinya pulang kerumah dengan membawa laki-laki selingkuhannya, dan mereka selingkuh dihadapan bapak-bapak tersebut. so, si bapak tidak tahu kalau istrinya selingkuh dan membawa orang lain kehadapannya, dia baru tahu hal itu setelah anak-anaknya pulang sekolah dan menceritakan hal itu padanya. Sungguh tidak masuk akal!
Aku pikir, itu terlalu dilebih-lebihkan. Aku sebagai seorang tunanetra, tentu saja sangat tahu dan faham dengan kehidupan tunanetra.
Aku tidak setuju kalau di film-film kebanyakan tunanetra sangat lemah, tidak berpendidikan, tidak bekerja, dan selalu tergantung pada orang lain. bahkan tidak punya perasaan seperti seorang bapak yang pernah aku saksikan di film tersebut.
Ketika seorang temanku datang dan dia berkata padaku bahwa dia datang sendirian, padahal dia bersama temannya, dan temannya itu datang dengan diam-diam, aku pasti akan tahu kalau dia datang tidak sendiri, tapi aku bisa tahu bukan karena indera keenam seperti yang sering orang-orang katakan, tapi mungkin karena bau parfumnya, dan suasanapun pasti akan terasa berbeda ketika seseorang datang tidak sendiri.
Tunanetra juga mampu mengenyam pendidikan, sama seperti orang normal. Memang, banyak diantara kami yang hanya mengenyam pendidikan sampai di sekolah dasar, tetapi tidak jarang diantara kami yang mampu meneruskan sampai perguruan tinggi, bahkan ada yang sampai menyandang gelar Doktor.
Kami juga tak mau ketinggalan dalam hal IT. Banyak diantara kami yang mampu mengoperasikan komputer, dari mulai mengoperasikan Office, browsing internet, chat, dll
Mungkin anda bertanya-tanya;
“kok bias sih tunanetra mengoperasikan computer? Itu kan memerlukan penglihatan….”.
Ya, tunanetra mampu mengoperasikan computer, karena komputernya telah dilengkapi dengan screen reader (pembaca layer). Salahsatu diantaranya adalah sebuah software yang dinamakan JAWS. JAWS adalah singkatan dari Job Accses With Speech yang diproduksi oleh freedom scientific, sebuah lembaga di Amerika, dan sekarang komputerku menggunakan software tersebut.
Pekerjaan tunanetra pun bermacam-macam, mulai dari massager (pemijat), guru, instruktur komputer, musisi, dosen, dan bahkan baru-baru ini ada juga yang menjadi seorang entertainer.
Jadi kesimpulannya, kehidupan tunanetra juga beragam, sama halnya dengan kehidupan orang normal.
Aku harap, tak ada lagi para sutradara yang seenaknya menempatkan tokoh tunanetra di film-film sebagai orang lemah, tidak bekerja, tak berpendidikan dan selalu tergantung pada orang lain.
Kepada para sutradara yang kebetulan membaca blog ini, please, pelajarilah tentang kehidupan tunanetra sedalam-dalamnya. mungkin selama ini yang anda tahu hanyalah sebagian kecil dari kami.
Subscribe to:
Posts (Atom)